MICROSOFT

Penyerahan Sertifikat dari Microsoft pada kegiatan Skype-a-Thon live from Paris di SMKN 1 Gorontalo '4 APRIL 2019'

RUMAH BELAJAR PUSTEKKOM KEMDIKBUD

Implementasi Virtual Class di SMKN 1 Gorontalo - Agustus 2019

KKSI DIREKTORAT PSMK

Team Smart School SMKN 1 Gorontalo - November 2019

SELAMAT DATANG SAHABAT PEMBELAJAR

Minggu, 29 Desember 2019

Bank Soal

IMPLEMENTASI BANK SOAL DALAM PEMBELAJARAN


Instrumen Evaluasi merupakan alat ukur untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran tersampaikan kepada peserta didik. Dengan semakin berkembangnya alat teknologi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, dibutuhkannya alat evaluasi yang dapat membuka pola pikir peserta didik. Antara lain, penilaian menggunakan:  aplikasi KAHOOT,  Quiz Maker yang dikeluarkan oleh iSpring.Software,  Google Drive, Zohoform & Jotform, dll

Selain itu, untuk evaluasi secara paperless juga telah terintegrasi dalam beberapa LMS (Learning Management System) antara lain: Moodle, Edmodo (edmodo.com), Schoology (schoology.com), dan lain-lain.

Penggunaan LMS juga akan memungkinkan proses pembelajaran yang lebih kompleks, tidak hanya evaluasi, seperti penyampaian materi, interaksi/diskusi, dan lain-lain.

Implementasi evaluasi online dibutuhkan dalam pembelajaran tatap muka. Portal Rumah Belajar hadir menjawab kebutuhan Pendidikan abad 21.
Portal Rumah Belajar  merupakan salah satu LMS yang sangat support untuk digunakan oleh siswa, guru, tenaga pendidik dan masyarakat.

Evaluasi online dapat diakses dari berbagai referensi. Bank soal merupakan salah satu fitur Rumah Belajar, sangat support untk membantu siswa dan guru memaksimalkan pembelajaran, dalam hal ini mengikuti perkembangan hasil belajar peserta didik.

beranda Fitur Bank Soal

beranda Fitur Bank Soal


Deskripsi Fitur Bank Soal:  Fitur Bank Soal dikembangkan sebagai wadah bagi guru-guru untuk membuat soal dan berbagi kepada pengguna yang lain.  terdiri dari: Latihan, Ulangan, dan Ujian.

Latihan merupakan kumpulan soal-soal berdasarkan satu topik yang bersifat sebagai latihan beserta pembahasannya. 
Ulangan merupakan kumpulan soal-soal berdasarkan satu topik tertentu. 
Ujian merupakan kumpulan soal- soal dari beberapa topik yang berbeda.

Prosedur Pemanfaatan Bank Soal

1. Login
2. Membuat Soal
3. Membuat Evaluasi
4. Laporan


1. Login:  Masukan username dan password Anda pada kotak login


2. Membuat Soal:

menu Soal:

a. Daftar Soal:  dapat melihat Soal yang dibuat pada Tab Soal Saya

b. Cari Soal:  dapat mencari informasi soal dengan mengetikan kata kunci pada kotak pencarian.

c. Buat Soal dan Tambah Soal: dapat membuat dan menambahkan soal baru dengan mengklik tombol Buat Baru pada halaman Daftar Soal.

i). Ubah Soal:  dapat mengubah informasi Soal dengan mengklik tombol Ubah Soal.

ii). Detail Soal:  dapat melihat detil informasi Soal dengan mengklik tombol Detail Soal.

iii). Jawaban:  Tampilan jawaban digunakan jika ingin melakukan perubahan pada jawaban yang telah dibuat sebelumnya.

iv). Hapus Soal:  dapat menghapus Soal dengan mengklik tombol Hapus Soal

d. Upload Soal: Upload soal dapat digunakan jika ingin membuat atau menambahkan soal sejumlah soal yang akan diunggah.



Jk sdh selesai membuat soal melalui menu SOAL,  Selanjutnya guru mengunggahnya ke menu EVALUASI.

Step yg dilakukan guru pd menu EVALUASI:

3. Membuat Evaluasi

a. Daftar Evaluasi:  dapat melihat semua Evaluasi yang telah Anda buat

b. Cari Evaluasi: dapat melakukan pencarian evaluasi (baik pada Evaluasi Saya

c. Tambah Evaluasi: dapat menambahkan Evaluasi baru dengan mengklik tombol


Ketika  mengisi  formulir  Tambah  Evaluasi,  pastikan  guru memperhatikan Tipe Evaluasi, Jenjang Pendidikan, Topik, Waktu Evaluasi, dan Durasi. Setelah guru membuat evaluasi baru, maka pada daftar evaluasi terdapat beberapa tombol di sebelah kanan yang dapat guru gunakan.

Penjelasan fungsi setiap tombol antar lain:

i) Ubah Evaluasi:  dapat memperbaharui informasi Evaluasi dengan mengklik tombol Edit Evaluasi pada Daftar Evaluasi.

ii) Detil Evaluasi: dapat melihat detil informasi sebuah Evaluasi dengan mengklik tombol Detil Evaluasi pada Daftar Evaluasi.

iii). Hapus Evaluasi: dapat menghapus sebuah Evaluasi dengan mengklik tombol Hapus Evaluasi pada Daftar Evaluasi.

iv). Isi Evaluasi: Setelah membuat Evaluasi, langkah selanjutnya adalah mengisi informasi tentang Evaluasi tersebut, terkait dengan soal, peserta, dan pemilik.


guru dapat menambahkan soal pada menu EVALUASI dengan 3 cara yaitu:
  • Soal Saya:  guru dapat menambahkan Soal yang dibuat pada menu SOAL untuk dimasukkan ke menu
  • Evaluasi
  • Soal: guru dapat menambahkan Soal dari Bank Soal. 
  • Bank Soal Acak: guru juga dapat menambahkan Soal secara Acak dari Bank Soal.

4. Laporan

Laporan berisi jumlah soal dan jumlah evaluasi yang sudah guru buat.
Jika guru membuat evaluasi untuk siswa di sekolah sendiri, maka guru dapat melihat secara detil jumlah siswa yang sudah mendaftar dan mengerjakan latihan, sekor yang diperoleh setiap siswa, dan soal-soal yang tidak dapat dikerjakan oleh setiap siswa.

Pada daftar hasil evaluasi, akan muncul semua aktivitas siswa ketika mengerjakan evaluasi. Pada evaluasi Latihan, siswa dapat mengerjakan lebih dari satu kali, sehingga akan muncul pada daftar hasil evaluasi guru sebanyak siswa mengerjakan. Dengan demikian guru akan mengetahui berapa kali siswa mencoba mengerjakan evaluasi dengan topik sama dan sekor terakhir yang diperoleh siswa. Untuk melihat soal-soal yang masih salah dikerjakan oleh siswa, guru hanya mengklik tombol detail pada sebelah kanan daftar siswa

Disampaikan pada Sharegram Maluku Belajar:
Jum'at 25 Oktober 2019 / Pukul 19.00 - 21.00 WIB






Selasa, 17 Desember 2019

Tugas Pokok/Beban Kerja Guru

Tugas Pokok/Beban Kerja Guru Berdasarkan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

Tugas Pokok Guru:

Tugas Guru mencakup kegiatan pokok:

1.  Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan, meliputi:
  • pengkajian kurikulum dan silabus pembelajaran/pembimbingan/program kebutuhan khusus pada satuan pendidikan
  • pengkajian program tahunan dan semester
  • pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran/pembimbingan sesuai standar proses atau rencana pelaksanaan pembimbingan
2. Melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan (pelaksanaan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/ Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)/ Rencana Pelaksanaan Bimbingan (RPB))

3.  Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan (merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan)

4.  Membimbing dan melatih peserta didik (kegiatan kokurikuler dan/atau kegiatan ekstrakurikuler)

5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan Beban Kerja Guru, meliputi:

 a. wakil kepala satuan pendidikan
 b. ketua program keahlian satuan pendidikan
 c. kepala perpustakaan satuan pendidikan
 d. kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi/teaching factory satuan pendidikan
 e. pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan terpadu
 f. tugas tambahan lain yang terkait dengan pendidikan disatuan pendidikan antara lain:
  •  Wali kelas
  •  Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
  •  Pembina ekstrakurikuler
  •  Koordinator Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan   (PKB)/Penilaian Kinerja Guru (PKG) atau koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) pada SMK
  •  Guru piket
  •  Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1)
  •  Penilai kinerja Guru
  •  Pengurus organisasi/asosiasi profesi Guru
  •  Tutor pada pendidikan jarak jauh pendidikan dasar dan pendidikan menengah

Rabu, 20 November 2019

KD: STATISTIKA

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMK

DISIAPKAN UNTUK KELAS XII SMKN 1 GORONTALO

Level Pengetahuan dan Pemahaman :

  • Penyajian data dalam tabel dan diagram
  • Ukuran letak
  • Ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran

Level Aplikasi : 

  • Uukuran pemusatan dan ukuran penyebaran



Silahkan latih kemampuan pemahaman dan penerapan anda dalam KD Statistika, jawab setiap pertanyaan berikut. Lakukan hitungan sederhana sebelum memilih jawaban yang tepat.
Selamat berlatih,
Masa depan cerah milik anda semua,
Semoga sukses dan berKarakter.
Aamiin
Terimakasih,
Salam sukses selalu

Kamis, 24 Oktober 2019

Jumat, 27 September 2019

MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI HOTS

PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING


a. Definisi/Konsep
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

b. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran.
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan, antara lain :

1) Kelebihan Penerapan Discovery Learning.

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
    Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
    Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
    Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
    Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
    Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
    Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
    Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
    Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
    Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
    Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.

    Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
    Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
    Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
    Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
    Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
    Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.


c. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran.
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum antara lain sebagai berikut :
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4) Data Processing (Pengolahan Data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

d. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa dapat menggunakan nontes.

---------------------------------------------


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


a. Konsep/Definisi
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

    Permasalahan sebagai kajian.
    Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
    Permasalahan sebagai contoh.
    Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
    Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan berikut ini.
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

    Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
    Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan kelompoknya.
    Realisme: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
    Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
    Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
    Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
    Driving Questions: PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
    Constructive Investigations: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
    Autonomy: proyek menjadikan aktivitas peserta didik sangat penting.

b. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran.

    Melalui PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
    Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
    PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

c. Tahap-tahap Model PBL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.

    Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
    Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
    Selama tahap penyelidikan, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
    Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar.
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.


Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok.
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya.
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah.
Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

d. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

    Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar.
    Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini :
1) Penilaian kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.

2) Penilaian portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran.

3) Penilaian potensi belajar.
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.

4) Penilaian usaha kelompok.
Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian ini antara lain :

    Assesmen kerja,
    Assesmen autentik dan,
    Portofolio.

Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya maka di samping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna

Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal :

    Bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses;
    Bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah;
    Bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).

---------------------------------------------


Selasa, 24 September 2019

PKP Berbasis Zonasi


PKP Berbasis Zonasi


Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran, merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Program ini merupakan bagian dari program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

RAHMAWATY POLONTALO, M.Pd 20151204xxxx


Panduan Kegiatan 

A. Pengantar

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) adalah salah satu program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) sebagai salah satu upaya  untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas peserta didik melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKB melalui PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerjaguru (KKG) SD, atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP/SMA/SMK, Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), Musyawarah Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (MGTIK) dan yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru.

B. Struktur Program

Berikut adalah struktur program yang digunakan dalam Program PKP.


C. Pola Pembelajaran
Program PKP dilaksanakan dengan pola pembelajaran sebagai berikut.

1. Pelaksanaan In (In service learning)

Pada kegiatan In, peserta dan guru inti akan melakukan pertemuan tatap muka di Pusat Belajar atau tempat lain yang telah ditetapkan. Selama k egiatan ini,partisipasi dan sikap peserta selama kegiatan berlangsung dinilai oleh guru intisebagai salah satu unsur penilaian kegiatan  peningkatan kompetensi pembelajaran berbasis zonasi. Hasil yang diharapkan selama kegiatan Indisesuaikan dengan materi yang disampaikan, baik teori maupun praktik, serta tagihan yang harus dikerjakan oleh peserta, seperti yang dijelaskan pada Tabel .

2. Pelaksanaan On (On the job learning)

Peserta On adalah guru yang telah mengikuti kegiatan In-1dan In -2.Setiap kegiatan On dilakukan di sekolah masing-masing peserta selama lebih kurang  1minggu atau setara dengan 10JP (asumsi 2JP/hari). Selama kegiatan On , peserta mendapatkan supervisi dari pengawas sekolah. Hasil yang diharapkan selama kegiatan On disesuaikan dengan praktik yang harus dilakukan peserta, serta tagihan yang harus dikerjakan selama kegiatan sebagaimana dijelaskan pada Tabel .

3. Pendampingan

Pendampingan adalah proses fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator (NS/IK) dan guru inti kepada peserta selama kegiatan berlangsung. Proses pendampingan akan dilakukan oleh fasilitator kepada guru inti dan p esertasecara full online, dan fasilitasi dari guru inti ke peserta secara blended (kegiatan tatap muka pada In dan onlinepada On). Proses pendampingan difasilitasi dengan kelas onlinedi Learning Management System (LMS) yang dapat diakses selama pembelajaran berlangsung. Pada kelas ini, guru inti dan peserta dapat melakukan proses pembelajaran secaraonlinemelalui konten pembelajaran yang sudah dikembangkan secara terstruktur seperti pola pembelajaran pada Tabel , serta mengirimkan semua laporan administratif dan akademisnya melalui tools yang sudah disediakan.


D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan

Program PKP dapat dilaksanakan kurang lebih sekitar 1 bulan. Berikut adalah contoh waktu pelaksanaan yang dapat digunakan pada Program PKP.


Tempat Pelaksanaan: 
SMKN 3 GORONTALO sebagai Pusat Belajar berbasis Zonasi

 

E. Komponen Penilaian 

Pada Program PKP, komponen yang dinilai meliputi proses kegiatan pelatihan dan produk atau hasil belajar.

1. Penilaian Sikap:  Komponen penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui sikap peserta pada aspek kerjasama, disiplin, tanggungjawab, dan keaktifan saat menerima materi, melaksanakan tugas individu dan kelompok, mengemukakan pendapat dan bertanya jawab, serta saat berinteraksi dengan fasilitator dan peserta lain setiap kegiatan In.

2. Penilaian KeterampilanPenilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan peserta dalam mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan pengetahuan yang diperoleh, serta keterampilan yang mendukung kompetensi dan indikator.
Penilaian hasil belajar/tagihan menggunakan pendekatan penilaian autentik terhadap tagihan yang dikerjakan. Penilaian dilakukan oleh:
Guru Inti pada saat In dengan bobot 70% yang dituangkan dalam Format Monitoring dan Penilaian Hasil Belajar/Tagihan. Pengawas pada saat On dengan bobot 30% yang dituangkan dalam Format Evaluasi Pembelajaran Program PKP.

3. Tes Akhir:  Pada akhir Program PKP, peserta akan mengikuti tes akhir secara online.Tes akhir untuk satu siklus terdiri dari 45 soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yang meliputi kompetensi pedagogik dan profesional dengan komposisi 70:30.   Peserta yang dapat mengikuti tes akhir harus memenuhi prasyarat berikut.
Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, Mengumpulkan semua tagihan.

Nilai Akhir (NA) Program PKP menggunakan rumus sebagai berikut:

NA = [{(NS x40%)+(NK x60%)}x 60%]+[TAx 40%]

Keterangan:
NA          = Nilai Akhir
NS          = Nilai Sikap (rerata dari semua aspek sikap yang dinilai)
NK          = Nilai Keterampilan (rerata dari nilai keterampilan semua materi)
TA           = Nilai Tes Akhir

Adapun predikat yang dipakai adalah sebagai berikut.

Tabel Predikat dari Nilai Akhir pada Program PKP

F. Sertifikat

a). Peserta yang telah mengikuti Program PKP bagi guru sasaran dan memperoleh 
      nilai  > 70 akan mendapat sertifikat. 
b). Peserta yang mendapat nilai < 70 akan mendapat surat keterangan. 
c). Sertifikat/Surat Keterangan dicetak secara mandiri melalui SIMPKB. 

Pola Pembelajaran Progam PKP


                      





Program Linier

Program linier  merupakan pengembangan dari sistem linier dan sistem pertidaksamaan linier yang sudah dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan juga pengembangan dari materi aljabar secara mendasar, mulai dari melakukan manipulasi kata-kata ke dalam bentuk objek, baik huruf maupun simbol sampai dengan menentukan optimasi fungsi objektif.
Pada unit pembelajaran ini, penulis mencoba untuk memunculkan soal-soal aplikasi program linier dalam bidang teknik dan bagaimana permasalahan tersebut diselesaikan.

Kegiatan-kegiatan yang akan Saudara lakukan untuk mempelajari Unit Pembelajaran ini adalah sebagai berikut. 




  • Analisis soal UN/USBN
  • Aktivitas Pembelajaran Program Linear
  • Aktivitas Pembelajaran 1
  • Aktivitas Pembelajaran 2
  • Aktivitas Pembelajaran 3
  • Aktivitas Pembelajaran 4
  • Aktivitas Pembelajaran 5
  • Materi Unit Prolin
  • Pembahasan Soal UN/USBN Unit Prolin
  • Pengembangan Penilaian Unit Prolin
  • Bahan Pembelajaran
  • Refleksi Komponen Unit Prolin
  • Refleksi Menyeluruh Unit Prolin

 

 

Vektor Dimensi Dua


Pada perhitungan matematika maupun kehidupan sehari-hari, tentu sering Anda jumpai suatu permasalahan yang berkaitan dengan vektor, yaitu suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Contoh besaran vektor seperti : gaya, pergeseran, kecepatan, percepatan, dan lain-lain. Pada unit ini  diharapkan siswa mampu mendefinisikan, menuliskan, menggambarkan vektor, menjumlahkan dua vektor atau lebih, perkalian vektor dengan skalar, menentukan hasil perkalian titik dua buah vektor, sudut antara dua buah vektor, proyeksi antara dua vektor, hasil kali silang dua buah vektor. Beberapa penggunaan vektor dalam kehidupan sehari-hari antara lain : dalam sains fisika, navigasi pesawat terbang, transfortasi darat dan laut, astronomi, ilmu kedokteran, teknik sipil dan lain- laiin.
Kegiatan-kegiatan yang akan Saudara lakukan untuk mempelajari Unit Pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

 


  • Analisis soal UN/USBN
  • Aktivitas Pembelajaran Vektor Dimensi Dua
  • Materi Unit Vektor Dimensi Dua
  • Pembahasan Soal UN/USBN Unit Vektor Dimensi Dua 
  • Pengembangan Penilaian Vektor Dimensi Dua
  • Bahan Pembelajaran
  • Refleksi Unit Vektor Dimensi Dua



Portfolio Tagihan Peserta

E-portofolio adalah sekumpulan berkas pribadi yang merupakan dokumentasi sebagai bukti pencapaian hasil atas proses kegiatan pembelajaran Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) berbasis Zonasi. Dalam hal ini e-portofolio merupakan kumpulan dokumen peserta pada kegiatan PKB melalui PKP berbasis Zonasi yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan proses belajar sesuai dengan target kompetensi yang telah ditetapkan. Dokumen yang terkumpul kemudian dapat diberi komentar oleh guru  inti dan dilakukan proses perbaikan (jika diperlukan), sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai refleksi pribadi.

E-portofolio dapat berbentuk tugas yang dikerjakan selama  proses pembelajaran yang dibuat peserta dan wajib diunggah di kelas sistem pendampingan PKB melalui PKP berbasis Zonasi.

Di akhir pembelajaran program ini, peserta akan mencapai kompetensi yang diharapkan. Sebagai bukti peserta mencapai kompetensi tersebut, dan telah melaksanakan kegiatan yang ditugaskan dalam program ini, maka peserta harus memenuhi beberapa tagihan sesuai yang dipersyaratkan. Tagihan-tagihan tersebut hanya dapat dihasilkan jika peserta benar-benar mengimplementasikan pembelajaran.

Semua kegiatan dalam Pembelajaran modul ini akan dibuktikan melalui beberapa tagihan yang dituangkan dalam bentuk Lembar Kerja (LK) dan non-LK yang akan diunggah ke dalam e-portofolio ini.

Table of contents


1.  Tagihan In-2
   
    1.1 LK-3 : Format Desain Pembelajaran berdasarkan Model Pembelajaran
   
    1.2 LK-4 : Penilaian Berorientasi HOTS

2.  Tagihan On-1
   
    2.1 LK 5 : Pengembangan RPP (unit ke-2)
   
    2.2 LK 3 : Format Desain pembelajaran berdasarkan Model (unit ke-2)
   
    2.3 LK 4 : Penilaian berorientasi HOTS (unit ke-2)
  
    2.4 Jurnal Belajar OJL ke-1 (On-1)

3.  Tagihan In-3   
    3.1 LK-6: Reviu RPP
   
    3.2 LK-4d: Telaah Soal

4. Tagihan On-2
   
    4.1 Lembar pengamatan praktik mengajar
   
    4.2 LK-7 : Jurnal praktek mengajar (unit ke-1)
   
    4.3 LK 5 : Pengembangan RPP (unit ke-2)
   
    4.4 Jurnal Belajar OJL ke-2 (On-2)

5.  Tagihan In-4
   
    5.1 LK-8: Catatan refleksi praktik pembelajaran unit ke-1
   
    5.2 LK-6: Reviu RPP
   
    5.3 LK-4d: Telaah Soal

6.  Tagihan On-3
   
    6.1 Lembar Pengamatan
   
    6.2 LK-7 :Jurnal praktek mengajar (unit ke-2)
   
    6.3 Jurnal Belajar OJL ke-3 (On-3)

7  Tagihan In-5
   
    7.1 Laporan Best Practice
   
    7.2 Format Monitoring dan Penilaian Hasil Belajar/Tagihan

=================================================

 Referensi lainnya: 

Pengembangan kisi kisi dan indikator soal   

11 INDIKATOR MEMBUAT SOAL BERBENTUK HIGHER ORDER THINKING

 

 


Jumat, 20 September 2019

Portal Rumah Belajar

Berselancar dengan RUMAH BELAJAR


Dalam pembelajaran  abad  21 tidak hanya peserta didik yang dituntut untuk menjadi manusia pembelajar, namun guru juga harus bersama-sama menjadi manusia pembelajar, sebab kehidupan abad 21 bergerak sangat cepat, sehingga memungkinkan guru dan peserta didik bersaing dalam penguasaan informasi.  Bisa jadi guru akan kalah oleh peserta didik dalam memperoleh informasi jika guru selaku pendidik belum move on dengan konsep konvensional nya.

Salah satu konsep menghadapi pembelajaran abad 21 adalah Pembelajar harus siap berselancar memanfaatkan TIK sebagai sarana untuk mencapai tujuan dalam rangka memaksimalkan pelaksanaan tugas yang telah diemban.

Belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja adalah slogan Rumah belajar.
Mulailah memanfaatkan portal rumah belajar yang memiliki banyak fitur-fitur sebagai salah satu sumber belajar yang dapat diakses di https://belajar.kemdikbud.go.id dan Blog Rumah belajar di http://pena.belajar.kemdikbud.go.id dengan cara melakukan registrasi

Apa Itu Portal Rumah Belajar?

Portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Rumah Belajar hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Dengan menggunakan Rumah Belajar, kita dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis.
Mari belajar dan bergabung dengan pengguna lainnya di Rumah Belajar


👉 REGISTRASI RUMAH BELAJAR
Caranya gampang:

🔷 Buka laman website:
      http://belajar.kemdikbud.go.id
🔷 Klik daftar pada pojok kanan atas
🔷 Pilih guru atau siswa
🔷 Isi formulir
🔷 Klik daftar

🔸Belajar asyik bersama Rumah Belajar
🔹Belajar dimana saja, Kapan saja, dan dengan siapa saja


Selamat  berselancar melalui Rumah Belajar dengan mengexplorasi fitur fiturnya, belajar makin asyik bersama Rumah Belajar.




Dokumentasi Jejak Digital

Jumat, 09 Agustus 2019

SOAL HOTS

Contoh Soal HOTS Matematika

 

Sebagaimana kita akui bersama, bahwa dewasa ini soal HOTS begitu menggelora kehadirannya seperti hujan yang ditunggu saat musim kemarau. Saat Indonesia terpuruk di level soal yang membutuhkan keterampilan membaca, mengolah informasi, dan menelaah strategi penyelesaian masalah, maka soal HOTS pun digencarkan dan disosialisasikan agar segenap peserta didik dari tingkatan pendidikan rendah hingga tinggi dijejali dengan soal-soal HOTS.


Sebenarnya apa sih soal HOTS itu? Berikut rangkuman yang dapat dipelajari.
High-order thinking adalah ketika mengingat kembali informasi (recall atau ingatan) diminimalkan dan penekanan diberikan terhadap:
  • Mentransfer dari satu konteks ke konteks lain
  • Memproses dan menerapkan informasi
  • Melihat hubungan antara informasi yang berbeda
  • Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
  • Menguji gagasan dan informasi secara kritis
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 
1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 
2)memproses dan menerapkan informasi, 
3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbedabeda, 
4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 
5) menelaah ide dan informasi secara kritis. 
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.



Anderson dan  Krathwoll melalui taksonomi yang direvisi memiliki rangkaian prosesproses

yang menunjukkan kompleksitas kognitif dengan menambahkan dimensi
pengetahuan, seperti:

1) Pengetahuan faktual,  
Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui para peserta didik jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah apapun di dalamnya. Elemen-elemen biasanya merupakan simbol-simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau "benang-benang simbol" yang menyampaikan informasi penting. Sebagian terbesar, pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua bagian jenis pengetahuan faktual adalah:
  • Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan nonverbal tertentu (contohnya kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar).  
  • Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat-tempat, orang-orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.  

 2) Pengetahuan konseptual,  
Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, modelmodel mental, atau teori-teori eksplisit dan  implisit dalam model-model psikolog kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual meliputi tiga
jenis:
  • Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda;  
  • Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu akademis dan digunakan untuk mempelajari fenomena atau memecahkan masalah masala dalam disiplin ilmu; dan
  • Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi bersama dengan hubunganhubungan diantara mereka yang menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.
3) Pengetahuan prosedural,  
"pengetahuan mengenai bagaimana" melakukan sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah-masalah baru. Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, teknik-teknik, dan metode-metode secara   kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur. 
  • Pengetahuan keahlian dan algoritma spesifik suatu subjek. Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah, yang secara kolektif dikenal sebagai prosedur. Kadangkala langkah-langkah tersebut diikuti perintah yang pasti, di waktu yang lain keputusan-keputusan harus dibuat mengenai langkah mana yang dilakukan selanjutnya. Dengan cara yang sama, kadang-kadang hasil akhirnya pasti, dalam kasus lain hasilnya tidak pasti. Meskipun proses tersebut bisa pasti atau lebih terbuka, hasil akhir tersebut secara umum dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.  
  • Pengetahuan teknik dan metode spesifik suatu subjek. Pengetahuan teknik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang secara luas merupakan hasil dari konsensus, persetujuan, atau normanorma disipliner daripada pengetahuan yang lebih langsung merupakan
    suatu hasil observasi, eksperimen, atau penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan bagaimana para ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tersebut berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.  
  • Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur- prosedur yang tepat.
    Sebelum terlibat dalam suatu penyelidikan, para peserta didik diharapkan dapat mengetahui metode-metode dan teknik-teknik yang telah digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan yang sama. Pada suatu tingkatan nanti dalam penyelidikan tersebut, mereka dapat diharapkan untuk menunjukkan hubungan-hubungan antara metode-metode dan teknik-teknik yang mereka
    benar-benar lakukan dan metode-metode yang dilakukan oleh peserta didik lain. 
4) Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada peserta didik untuk lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para peserta didik akan menjadi lebih sadar dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar lebih baik. 
  • Pengetahuan strategi. Pengetahuan strategi adalah pengetahuan mengenai strategi-strategi umum untuk pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah.  
  • Pengetahuan mengenai tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional.
    Para peserta didik mengembangkan pengetahuan mengenai strategi-strategi pembelajaran dan berpikir, pengetahuan ini mencerminkan baik strategistrategi umum apa
    yang digunakan dan bagaimana mereka menggunakan.
  • Pengetahuan diri.
    Kewaspadaan diri mengenai keluasan dan kedalaman dari dasar pengetahuan dirinya merupakan aspek penting pengetahuan diri. Para peserta didik perlu memperhatikan terhadap jenis strategi yang berbeda. Kesadaran seseorang cenderung terlalu bergantung pada strategi tertentu, dimana terdapat strategi-strategi lain yang lebih tepat untuk tugas tersebut, dapat mendorong ke arah suatu perubahan dalam penggunaan strategi.
Kombinasi dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 Tabel. Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif



HOT (higher order thinking) memberi penekanan lebih pada proses:

  • Mentransfer fakta dari satu konteks ke konteks lain.
  • Memilih, memproses, dan menerapkan informasi.
  • Melihat keterkaitan antara beberapa informasi yang berbeda.
  • Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
  • Menguji informasi dan gagasan secara kritis.

Bentuk Soal Ujian HOT (higher-order thinking) meliputi:

  • Pertanyaan dan jawaban
  • Eksplorasi dan analisis
  • Penalaran informasi bukan ingatan
  • Menilai, mengkritisi, dan menginterpretasi
Sekali lagi, pertanyaan HOT tidaklah selalu lebih sulit

Tipe Soal HOT dapat disajikan dalam bentuk :

  • Pilihan ganda
  • Menjodohkan
  • Isian singkat
  • Esai
  • Unjuk kerja
  • Portofolio
Untuk soal HOTS yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda diupayakan stimulus soal merupakan konteks dunia nyata. Kemudian pertanyaan dalam soal harus menuntut proses berpikir secara kritis, logis, metakognisi, dan kreatif, tidak lagi sekedar ingatan atau pemahaman.

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah kognitif Bloom pada level analisis, evaluasi dan mengkreasi, setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal mengukur kemampuan berpikir kritis.

Menilai atau mengukur bukan sekadar untuk menghafal sejumlah informasi, namun lebih kepada bagaimana memproses sejumlah informasi untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang diajukkan
Menilai atau  mengukur keterampilan yang lebih kompleks seperti berpikir kritis dan merangsang siswa untuk mengintrepretasikan, menganalisa atau bahkan mampu memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton.

Higher-order thinking  menunjukkan pemahaman terhadap informasi  dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar mengingat informasi. Kita  tidak menguji ingatan, sehingga kadang-kadang perlu untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dan siswa menunjukkan pemahaman terhadap gagasan dan informasi dan/atau memanipulasi  atau menggunakan informasi tersebut.

 Teknik kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif:

  • Adakah Cara lain? (What’s another way?), 
  • Bagaimana jika…? (What if …?), 
  • Manakah yang salah? (What’s wrong?), dan 
  • Apakah yang akan dilakukan? (What would you do?) (Krulik & Rudnick, 1999).

Bagaimana Butir Soal yang dapat menuntut HOTS ?

Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh, peta, film, atau suara yang direkam, dianalisis, dievaluasi, dan dikreasikan.


 KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI


Teknik Penulisan Butir soal HOTS

  • Perhatikan cakupan materi yang diharuskan untuk level pendidikan 
  • Perhatikan beberapa kompetensi yang diharapkan pada tiap level pendidikan yang kemudian diturunkan menjadi beberapa indikator dan tujuan dari pembelajaran berdasarkan anjuran yang tertuang pada kurikulum
  • Penggunaan pengetahuan dasar untuk suatu cakupan materi sangat mungkin berbeda sesuai dengan level pendidikan 
  • Menggunakan pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk menyesaikan permasalahan yang ada
  • Dalam taksonomi Bloom tingkatan yang paling rendah dapat menjadi pengetahuan dasar untuk menjawab pertanyaan ke tingkatan selanjutnya

Contoh soal Matematika HOTS

Berikut ini saya sajikan beberapa contoh soal kategori HOTS (High Order Thinking Skill) mata pelajaran matematika.

Contoh soal 1
Pada sebuah kompetisi sepakbola yang diikuti oleh 38 tim, penentuan tim juara adalah berdasarkan perolehan poin terbanyak, dengan ketentuan perolehan poin sebagai berikut:
  • Tim yang menang memperoleh poin 3
  • Jika pertandingan seri, masing-masing tim memperoleh poin 1
  • Tim yang kalah memperoleh poin 0

Tabel berikut memuat posisi sementara 6 tim teratas dari total 38 tim dengan sisa 5 kali pertandingan.




Setiap tim tersebut akan saling bertemu pada 5 pertandingan sisa. Pernyataan yang tepat berdasarkan data tersebut adalah ....
A. Tim A akan menjadi juara hanya dengan memenangkan 3 kali pada pertandingan sisa dan salah satunya menang atas tim B.

B. Tim B akan menjadi juara hanya dengan memenangkan 4 kali pertandingan sisa dan salah satunya menang atas tim A.
C. Jika tim C memenangkan semua pertandingan sisa, maka posisi tim B masih mungkin berada di atas tim C.
D. Jika tim B selalu seri pada semua pertandingan sisa, maka tim E tidak mungkin berada di atas tim C.
E. Tim F akan menjadi juara jika memenangkan semua sisa pertandingan dan tim A selalu kalah pada semua sisa pertandingan.

 ----------------------------------------------

Contoh Soal 2.
Kompetensi Dasar:
3.21.  Mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau diagram/plot tertentu yang sesuai dengan informasi yang ingin dikomunikasikan.
Materi : Statistika 
Indikator :
Disajikan suatu diagram batang ganda dari catatan mengenai banyaknya panggilan telepon masuk dan keluar perhari dalam 9 hari. Siswa dapat membaca data pada diagram batang ganda.
Soal  :
Suatu perusahaan telekomunikasi sedang melakukan survey untuk melihat aktivitas pelanggannya dalam melakukan panggilan telepon. Suatu hari Rana mendapatkan tugas dari perusahaan telekomunikasi tersebut untuk mencatat banyaknya panggilan telepon yang ia lakukan pada suatu periode hari-hari yang berurutan. Hasil catatan Rana disajikan dalam grafik di bawah ini:











Pertanyaan:
1. Rana melakukan surveynya selama ….
   a. 6 hari
   b. 7 hari
   c. 8 hari
   d. 9 hari
2. Rana sama sekali tidak melakukan panggilan keluar pada hari ke- ….
3. Rana menerima  panggilan masuk  lebih banyak daripada panggilan keluar untuk pertama kalinya pada hari ke- ….

Kunci Jawaban :
1. 9 hari.
2. Hari ke-7
3. Hari ke-4
 --------------------------------------------
Contoh Soal 3
Kompetensi Dasar:
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
Materi : Pola Barisan
Indikator: Diberikan data barisan tempat duduk dalam suatu ruangan pertunjukan yang terdiri dari 6 baris dan harga tiket:
(1) menentukan banyaknya tempat duduk yang tersedia, jika diketahui banyaknya kursi pada empat baris pertama, di mana selisih banyaknya tempat duduk antara 2 baris yang berurutan adalah berbeda-beda
2) menentukan harga tiket untuk suatu baris tertentu, jika diketahui pemasukan total yang diinginkan dari penjualan seluruh tiket.
Soal:
OSIS suatu sekolah mengadakan pentas seni untuk amal yang terbuka untuk masyarakat umum. Hasil penjualan tiket acara tersebut akan disumbangkan untuk korban bencana alam. Panitia memilih tempat berupa gedung pertunjukan yang tempat duduk penontonnya berbentuk sektor lingkaran terdiri dari enam baris.
contoh soal HOTS matematika

Banyaknya kursi penonton pada masing-masing baris membentuk pola barisan tertentu.
1) Jika pada baris pertama terdapat 25 kursi, baris kedua 35 kursi, baris ketiga 50 kursi,  baris keempat 70 kursi, dan seterusnya. Tentukanlah banyaknya seluruh tempat duduk pada gedung pertunjukan itu.
Tuliskanlah langkah penyelesaiannya.
2) Apabila harga tiket baris pertama adalah paling mahal dan selisih harga tiket antara dua baris yang berdekatan adalah Rp10.000,00, dengan asumsi seluruh kursi penonton terisi penuh,tentukanlah harga tiket yang paling murah agar panitia memperoleh pemasukan sebesar Rp22.500.000,00
Tuliskanlah langkah penyelesaiannya.
Jawab:
Baris: 1 2 3 4 5 6
Kursi: 25____35____50____70___95____125
Selisih:       10          15       20         25         30
(1) Kapasitas total = 25 + 35 + 50 +70 + 95 + 125
                                = 400 tempat duduk
(2) Misal: 
tiket termurah = x (dalam ribuan)
125x + 95 (x + 10) + 70 (x + 20) + 50 (x + 30) + 35 (x + 40) + 25 (x + 50) = 22.500
                 400x + 950 + 1.400 + 1.500 + 1.400 + 1.250 = 22.500
                                    400x + 6.500 =22.500
                                      400x          = 16.000
                                     x         =        40
Jadi, harga tiket termurah adalah: Rp40.000,00
Penskoran:
Langkah benar, hasil akhir benar, kode = 2
Langkah benar, hasil akhir salah, kode = 1
Menjawab salah dengan langkah dan tanpa langkah, kode = 0
Tidak menjawab, kode = 9
Itulah beberapa contoh soal matematika kategori HOT, semoga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam pembuatan soal-soal matematika berkategori HOT.
Tidak dapat dipungkiri lagi, arah kebijakan kurikulum pendidikan sekarang ini menuntut pembelajaran--terutama pada penilaiannya diarahkan agar berkaitan dengan kemampuan peserta didik secara sebenarnya, berbasis kinerja peserta didik, dapat memotivasi belajar , menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik, dan memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.

Untuk itu soal yang diberikan harus mampu mengembangkan kemampuan berpikir divergen, menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata, terkait dengan dunia kerja, menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata serta menggunakan berbagai cara dan instrumen.
https://www.matematrick.com/2016/09/contoh-soal-matematika-higher-order.html
https://pak-anang.blogspot.com/2018/10/contoh-soal-hots-matematika-smp-dan.html